Seri Ramadhan: Kesehatan Lambung, Energi Saat Puasa, Hingga Hiperglikemia
Artikel ini memuat edukasi kesehatan, khususnya saat menjalani ibadah puasa. Ditulis oleh dr. Didit Aktono Hadi, seorang dokter, praktisi pengobatan herbal, dan konsultan medis di Herbal Indo Utama.
6 Tips Puasa Sehat Bagi Penderita Gangguan Lambung
- Hindari makanan pedas, terlalu manis, terlalu asam, makanan bersantan dan gorengan.
- Batasi makanan yang dikonsumsi, jangan kekenyangan saat sahur dan buka.
- Pilih sajian makanan yang dikukus/direbus.
- Hindari makan terburu-buru.
- Hindari tidur setelah makan.
- Konsumsi produk Herbal Indo Utama: Gastrohiu, Androbi, Pegagan.
Seperti Apa Sih Rasanya Nyeri Maag?
Beberapa hari lagi Insyaallah kaum Muslimin memasuki bulan suci Ramadhan 1444 H. Tentu ada sebagian yang merasa khawatir nyeri maagnya akan terasa, atau khawatir kambuh bila sedang berpuasa. Sebenarnya nyeri maag itu seperti apa rasanya?
Rasa nyeri atau tidak nyaman pada perut bagian atas merupakan gejala paling umum yang sering dialami penderita peradangan lambung (gastritis). Sensasinya bisa berupa perih, panas seperti terbakar atau sensasi seperti diremas. Bahkan ada yang mengalami sensasi seperti ditusuk-tusuk jarum yang menjalar ke perut hingga ke punggung.
6 Gejala Sakit Maag
- Nyeri, perih, terasa terbakar pada ulu hati 🔥
- Mual & muntah 💦
- Perut kembung
- Sering sendawa 💨
- Perut terasa penuh 💣
- Hilang nafsu makan ❄️
Solusinya selalu sedia (di rak obat Anda) dan segera konsumsi kombinasi Gastrohiu, Androbi, Pegagan.
Sakit Maag Sering Kembung
Salah satu gejala yang dialami penderita gangguan lambung (maag) adalah perut sering kembung. Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, namun yang mendasar adalah adanya peningkatan produksi asam lambung.
Cairan asam lambung berguna dalam membantu pencernaan makanan, memecah makanan, juga membunuh kuman/bakteri yang tidak tahan asam yang ikut masuk ke dalam lambung.
Namun kondisi asam lambung yang berlebih, bisa menimbulkan keluhan perut kembung. Selain itu, ada kebiasaan kurang sehat juga yang memicu kembung, seperti mengunyah makanan yang terlalu cepat sehingga nantinya makanan akan lama diproses di lambung. Makanan yang terlalu berminyak juga akan diproses lebih lama, sehingga membuat produksi gas dalam pencernaan meningkat.
Seberapa Sehat Tubuh Kita?
Bila kita sedang menjalankan ibadah puasa, maka kita akan merasakan bagaimana tubuh kita “dipaksa” untuk melakukan penyesuaian melalui perintah agama. Tentu kita tahu sejak jaman dulu manusia sudah mengenal puasa.
Bahkan tidak hanya manusia saja yang mengenal puasa. Hewan-hewan pun juga. Ada masanya mereka tidak makan dan minum, dan saat itu mereka menjadi lebih “sabar”. Ayam yang sedang mengerami telurnya, tak akan berpindah tempat meski anda ganggu sekalipun (kecuali kebangetan ya gangguannya..), selama periode mereka tak makan dan minum itu. Ularpun bila telah makan dan menjelang masa pergantian kulit akan menjadi lebih tenang dibandingkan biasanya.
Bagaimana dengan kita selama periode puasa kita?
Hewan-hewan yang sedang berpuasa itu mengalami perubahan pada siklus metabolismenya. Ada hewan yang berpuasa, tidak makan dan minum untuk persiapan membuahi si betina. Metabolismenya dipersiapkan untuk hal itu, agar kualitas spermanya bagus. Ada hewan yang berpuasa untuk menghadapi perubahan alam, perubahan suhu udara yang ekstrim sehingga metabolisme tubuhnya dipersiapkan untuk itu. Ayam betina yang mengerami telur mengalami peningkatan suhu tubuh, sehingga telur yang dierami menetas sesuai waktunya. Ularpun mengalami peningkatan suhu tubuh ketika hendak berganti kulit, sehingga kulitnya mengelupas.
Tentu kita tak bisa disamakan dengan hewan-hewan itu, sebab kita selama sebulan berpuasa berdasarkan perintah agama. Namun begitu, pada artikel ini saya tidak bermaksud membahas dari sisi perintah dan larangan agama. Mari kita tinjau dari sisi medis.
Secara medis sebenarnya banyak sekali manfaat berpuasa ini. Banyak organ penting kita yang diberikan waktu untuk beristirahat. Lambung yang biasanya mengolah makanan 2-3 kali atau hampir tiap 5 jam, setelah kosong ternyata terisi penuh makanan berat lagi. Lambung bisa beristirahat dari fajar hingga matahari terbenam kurang lebih 12 jam. Di negeri tropis yang berlimpah makanan seperti negeri kita, lambung hampir tak pernah berhenti bekerja. Pankreas yang bekerja melepaskan hormon insulin juga bisa beristirahat, selama masa puasa kadar hormon insulin akan turun drastis. Hati yang semula bekerja lebih berat, menjadi lebih ringan saat sedang berpuasa. Bobot tubuh kita juga relatif terjaga, bahkan bisa turun selama berpuasa. Secara umum kita pun mengalami perubahan metabolisme. Bisa kita review kembali, gangguan kesehatan seperti diabetes, sumbatan pada jantung, stroke, hipertensi, dan yang lainnya akar masalahnya adalah gangguan pada metabolisme tubuh.
Dari mana sumber energi kita selama berpuasa?
Bila sedang tidak berpuasa, kita mendapatkan energi yang mudah melalui glukosa yang berasal dari pengolahan karbohidrat yang kita makan. Glukosa itu akan langsung digunakan segera sebagai energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Ketika berpuasa 10-12 jam berpuasa, tubuh kita akan kehabisan glukosa dalam bentuk ini. Hati akan berperan memecah lemak yang merupakan cadangan energi kita menjadi asam lemak (yang disebut keton) untuk digunakan sebagai sumber energi. Sebenarnya ini merupakan bentuk peralihan metabolisme tubuh kita dari semula menggunakan glukosa menjadi menggunakan keton. Peralihan metabolisme ini akan membakar lemak lebih cepat. Inilah yang seharusnya terjadi, puasa kita mempunyai efek kesehatan mengurangi berat badan secara langsung.
Selain dari pemecahan lemak, tubuh kita juga memperoleh energi dengan memecah protein dan asam amino untuk diubah menjadi glukosa melalui serangkaian proses metabolisme. Hal ini terjadi ketika berpuasa tubuh tidak memiliki cukup glukosa sebagai sumber energi utama. Penting dilakukan oleh tubuh untuk menjaga keseimbangan gula darah di dalam tubuh.
Pembentukan glukosa dari sumber selain karbohidrat dengan memecah lemak dan protein, juga dialami penderita diabetes. Penderita diabetes mengalami gangguan untuk menggunakan glukosa secara efektif, baik pada Diabetes Tipe 1 ataupun Diabetes Tipe 2. Diabetes Tipe 1 terjadi ketika tubuh tidak dapat menghasilkan insulin, sedangkan Diabetes Tipe 2 terjadi ketika tubuh tidak bisa menggunakan insulin dengan baik. Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas, yang berfungsi untuk mengatur kadar glukosa darah. Insulin berperan penting untuk mengaktifkan sel-sel tubuh untuk mengambil glukosa dari darah dan mengubahnya menjadi energi. Bila kadar insulin rendah atau terjadi resistensi insulin, maka kadar glukosa darah akan meningkat.
Pada penderita diabetes terjadi peralihan metabolisme untuk menggunakan lemak dan protein, disebabkan sel-sel tubuh tidak lagi efektif menggunakan glukosa darah meskipun kadarnya berlimpah.
Kembali pada pembahasan sumber energi selama berpuasa. Efeknya apa terhadap tubuh? Tubuh kita sejak beberapa jam berpuasa hingga sore akan terasa hangat. Sebab proses pembongkaran cadangan lemak menjadi keton menghasilkan panas sebagai produk sampingan. Selain itu, bila tubuh tidak lagi memproses makanan di saluran pencernaan, maka energi itu akan dibuang sebagai panas, sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Ini sebenarnya merupakan tanda, bila kita mulai merasakan rasa lapar dan tubuh terasa hangat, maka itu tanda telah terjadi penurunan glukosa darah dan peralihan metabolisme.
Bila kita mulai merasakan rasa lapar dan tubuh terasa hangat, maka itu tanda telah terjadi penurunan glukosa darah dan peralihan metabolisme.
Namun, yang patut diwaspadai adalah ketika waktu berbuka puasa. Makanan dan minuman untuk berbuka hampir semuanya manis dengan gula sederhana yang berlimpah. Ini yang akan menyebabkan tubuh kita shock. Ketika tubuh kita sudah mulai memanfaatkan cadangan energi, tiba-tiba terjadi ‘banjir bandang’ glukosa yang sangat berlimpah, hingga menyebabkan pankreas dan hati kita bekerja lebih berat bahkan bisa melebihi kerja organ ketika sedang tidak berpuasa. Insulin tiba-tiba melonjak drastis. Pasalnya, glukosa darah meningkat dalam waktu singkat, sehingga memaksa insulin untuk bekerja keras menurunkannya. Hati pun bekerja keras untuk menangani kenaikan mendadak glukosa darah tersebut. Hati akan menyimpannya dalam bentuk glikogen. Bila glikogen di hati sudah penuh, maka kelebihan gula akan disimpan sebagai lemak di seluruh tubuh, sehingga menimbulkan resiko obesitas dan gangguan kesehatan lainnya.
Kita mesti waspada bila saat berbuka puasa banyak tersaji makanan dan minuman yang mengandung glukosa yang berlimpah.
BERAPA KADARNYA?
Saya tak ingin mempersulit pembaca sekalian, bahasan berikut ini hanya untuk ilustrasi saja ya.
Sebenarnya berapa sih kalori yang tersaji pada makanan & minuman kita? Sebab nanti insyaallah kita akan tiba pada pembahasan apa yang sebaiknya kita dahulukan konsumsi, apa yang sebaiknya kita konsumsi dan kapan mengonsumsinya?
Ambil contoh 1 gelas es teh manis. Ini minuman yang sering tersaji di acara bukber, pun dalam keseharian orang Indonesia. Biasanya es teh baru terasa manis dengan 3 sendok makan gula pasir. 1 sendok makan gula pasir bobotnya 13 gram, dan mengandung 49 kkal (kilo kalori) .
Jadi segelas es teh manis itu bisa mengandung 39 gram gula dengan 147 kkal (kilo kalori). Hampir serupa kalorinya dengan sekaleng minuman soda, dan hampir semua kalorinya dari gula.
Seharian tidak minum ya, karena puasa. Haus banget. Bila nambah minum es teh lagi, tinggal kalikan saja berapa kalori yang dikonsumsi.
Bila berbuka dengan es teh, maka kalori yang masuk kira-kira 147 kkal yang berasal dari 3 sendok gula pasir.
Itu baru dari minuman manis. Padahal masih ada sajian yang lain. Misal, 1 centong nasi kira-kira 100 gram, mengandung kalori sekitar 130 kkal, dan 90 gramnya berupa karbohidrat.
Biasanya orang Indonesia mengonsumsi sepiring nasi, sekitar 2 centong nasi untuk sekali makan. Kalorinya bisa mencapai 250 kkalori. Belum dihitung nambah nasi lagi loh.
Masih ada sajian buka puasa lain: Lauk-lauk, buah, minuman, kue dan jajanan. Alhasil, dalam sekali acara bukber kalori yang dikonsumsi bisa saja mencapai lebih dari 1000 kkal kalori.
Bisa bayangkan?
Perbedaan angkanya seperti ini, misal laki-laki dewasa usia 40 th, bobot 60 kg dengan tinggi 166 cm, berdasarkan AKG Permenkes No 28 (2019) butuh 2500 kkal.
Bila menggunakan rumus Mifflin St Jeor, dengan tambahan aktivitas olahraga ringan 1-3 kali sepekan : 1983 kkal. Bila dengan tambahan aktivitas olahraga ringan 4-5 kali sepekan : 2113 kkal.
Perbedaan kalorinya cukup banyak, bisa mencapai seporsi nasi lengkap dengan lauknya (tergantung menunya apa ya..)
Itulah mengapa saya sarankan gunakan rumus Mifflin St Jeor saja yang lebih akurat (catatan : digunakan bukan pada individu yang kurus).
Anggap saja dibulatkan kebutuhan kalorinya 2000 kkal / hari, berdasarkan Mifflin St Jeor. Itu sebenarnya utk porsi 3 kali makan besar, atau bisa juga 3 kali makan besar dengan 2 kali snack. Terbayang tidak? Setiap makan besar sebenarnya tubuh kita butuh asupan hanya 600-700 kkal.
Ilustrasi yang sebelumnya saya sampaikan untuk memberikan gambaran, selama momen buka puasa asupan yang dikonsumsi melebihi kebutuhan kalori satu kali makan pada hari-hari selain bulan Ramadhan. Sehingga terjadi kelebihan glukosa di dalam tubuh setelah terjadi pergeseran metabolisme (yang memanfaatkan cadangan lemak dan protein sebagai sumber energi saat puasa).
Kelebihan glukosa ini yang banyak menjadi sumber masalah-masalah bagi tubuh.
KENALI HIPERGLIKEMIA
Hiperglikemia merupakan kondisi meningkatnya kadar glukosa darah di atas nilai acuan. Pada pemeriksaan darah, kadar glukosa darah sebelum makan normalnya antara 70-99 mg/dL dan kurang dari 140 mg/dL pada waktu sesudah makan.
Hiperglikemia dialami oleh penderita diabetes (baik tipe 1 & 2), penderita peradangan pankreas maupun kanker pankreas, penderita gangguan hormonal yang berhubungan dengan resistensi insulin (PCOS, hipotiroidism), individu yang sering mengonsumsi gula/karbohidrat berlebih, individu yang sedang mendapatkan infus berisi gula, sedang mengonsumsi steroid, sedang mengalami infeksi (COVID, flu), juga bisa karena kondisi stress dan jarang olahraga.
Ada beberapa gejala umum yang dialami ketika glukosa darah meningkat. Gejala yang dialami tidak seketika langsung dirasakan, hingga baru sadar ketika mengetahui kadar glukosa darah ternyata tinggi.
Gejala yang umumnya dialami antara lain :
- Sering merasa haus.
- Sering merasa lapar.
- Sering buang air kecil.
- Sering merasa lelah dan lemah.
- Berat badan turun.
- Penglihatan kabur.
Konsumsi makanan yang kaya glukosa baik yang berasal dari karbohidrat atau tepung, maupun dari gula sederhana (gula pasir, gula halus) akan menyebabkan peningkatan glukosa darah. Tubuh kemudian akan merespon dengan melepaskan hormon insulin untuk menormalkan kadar glukosa dalam darah.
Masalah baru muncul bila peningkatan glukosa darah itu berlangsung terus menerus. Penyebabnya adalah konsumsi makanan dengan kalori karbohidrat tinggi, kaya tepung-tepungan dan gula, serta indeks glikemiknya tinggi. Indeks glikemik ini merupakan penanda seberapa cepat makanan menyebabkan peningkatan glukosa darah. Semakin cepat makanan yang dikonsumsi meningkatkan kadar glukosa darah dalam waktu singkat, maka indeks glikemiknya makin tinggi.
Peningkatan glukosa darah yang berlangsung terus-menerus (hiperglikemia kronik) akan menyebabkan sel-sel menjadi ‘bosan’ terhadap insulin. “Lu lagi lu lagi”, ketemu insulin lagi dan lagi. Kondisi ini merupakan resistensi terhadap insulin.
Hiperglikemia yang berlangsung terus-menerus merupakan kondisi yang memicu proses peradangan di banyak area tubuh.
Hiperglikemia yang berlangsung terus-menerus merupakan kondisi yang memicu proses peradangan pada banyak area tubuh.
Hiperglikemia akan memicu produksi ROS dan OS. ROS (reactive oxygen species) merupakan senyawa organik dengan atom oksigennya bermuatan elektron lebih. Elektronnya ada jomblo, sehingga tidak stabil. Sebenarnya ROS ini pada kadar yang sedikit sangat berguna untuk pertahanan tubuh. Namun bila tidak seimbang antara produksi ROS dan antioksidan, maka akan menghasilkan gugus radikal bebas yang berlebih, menimbulkan stress oksidatif (OS, oxidative stress). ROS ibaratnya seperti api. Api kecil bermanfaat bagi manusia, namun api yang besar bisa menimbulkan kebakaran. Antioksidan berperan seperti air, untuk memadamkan kebakaran. Namun bila terjadi ketidakseimbangan, ‘kebakaran’ itu tetap saja terjadi di dalam tubuh.
OS (oxidative stress) merupakan kondisi jumlah radikal bebas di dalam tubuh sangat berlebih. Adanya gugus radikal bebas yang berlebih ini berkaitan dengan penyakit kronis seperti kanker, penyakit jantung, alzheimer, penyempitan pembuluh darah, diabetes, hipertensi, penuaan dini, dan banyak gangguan metabolisme lainnya.
Oleh: dr. Didit Aktono Hadi
- Dokter & Praktisi Pengobatan Herbal/Konsultan Medis Herbal Indo Utama.
- Marketing Management Support Herbal Indo Utama.
- Business Model Canvas & Lean Canvas Observer.